Minggu, 20 Juni 2010

PELAJAR ISLAM INDONESIA

Posted by Hafid D Arkan On 15.12
PELAJAR ISLAM INDONESIA (PII) didirikan di kota perjuangan Yogyakarta pada tanggal 4 Mei 1947. Para pendirinya adalah Yoesdi Ghozali, Anton Timur Djaelani, Amien Syahri dan Ibrahim Zarkasji.
Salah satu faktor pendorong terbentuknya PII adalah dualisme sistem pendidikan di kalangan umat Islam Indonesia yang merupakan warisan kolonialisme Belanda, yakni pondok pesantren dan sekolah umum. Masing-masing dinilai memiliki orientasi yang berbeda. Pondok pesantren berorientasi ke akhirat sementara sekolah umum berorientasi ke dunia. Akibatnya pelajar Islam juga terbelah menjadi dua kekuatan yang satu sama lain saling menjatuhkan. Santri pondok pesantren menganggap sekolah umum merupakan sistem pendidikan orang kafir karena produk kolonial Belanda. Hal ini membuat para santri menjuluki pelajar sekolah umum dengan “pelajar kafir”. Sementara pelajar sekolah umum menilai santri pondok pesantren kolot dan tradisional; mereka menjulukinya dengan sebutan “santri kolot” atau santri “teklekan”.
Pada masa itu sebenarnya sudah ada organisasi pelajar, yakni Ikatan Pelajar Indonesia (IPI). Namun organisasi tersebut dinilai belum bisa menampung aspirasi santri pondok pesantren. Merenungi kondisi tersebut, pada tanggal 25 Februari 1947 ketika Yoesdi Ghozali sedang beri’tikaf di Masjid Besar Kauman Yogyakarta, terlintas dalam pikirannya, gagasan untuk membentuk suatu organisasi bagi para pelajar Islam yang dapat mewadahi segenap lapisan pelajar Islam. Gagasan tersebut kemudian disampaikan dalam pertemuan di gedung SMP Negeri 2 Secodiningratan, Yogyakarta. Kawan-kawannya yang hadir dalam pertemuan tersebut, antara lain: Anton Timur Djaelani, Amien Syahri dan Ibrahim Zarkasji, dan semua yang hadir kemudian sepakat untuk mendirikan organisasi pelajar Islam.

PII: UN Merusak Kejiwaan Anak Indonesia

Posted by Hafid D Arkan On 15.10
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Tim advokasi ujian nasional (UN), Pelajar Islam Indonesia (PII), mengeritik pelaksanaan ujian nasional (UN) untuk menguji kemampuan siswa dianggap memberikan efek serius terhadap kejiwaan anak-anak Indonesia.
“Pelaksanaan UN dari tahun ke tahun terbukti mengakibatkan efek dan imbas kejiwaan yang serius bagi anak-anak Indonesia. Ini permasalahan krusial yang tidak hanya berdampak pada pelanggaran hak-hak asasi anak, tetapi juga dampak moral imbas sistem pendidikan yang masih kacau,” ujar Ali Rasyid, Tim advokasi UN PB PII, saat ditemui Tribunnews.com, Selasa (11/5/2010), di sekretariat PB PII.
Mendiknas adalah orang pertama yang seharusnya bertanggungjawab atas beragam persoalan tersebut. Kami tegas meminta supaya beliau dengan rendah hati mengundurkan diri dari jabatannya,” ujar Ali.
Tim Advokasi PB PII juga mendesak pemerintah untuk segera melakukan langkah-langkah preventif agar korban UN tidak lagi berjatuhan. Mereka bahkan dengan tegas mendesak agar pemerintah tidak lagi menyelenggaran UN pada tahun-tahun kedepan.
Sumber: http://www.tribunnews.com/2010/05/11/pii-un-merusak-kejiwaan-anak-indonesia

Islam Agama Sempurna

Posted by Hafid D Arkan On 15.08
Islam Agama Sempurna
Aqidah
2/4/2007 | 15 Rabiul Awwal 1428 H | Hits: 10.263
Oleh: Mochamad Bugi

Islam Untuk Seluruh Manusia
Kata Islam punya dua makna. Pertama, nash (teks) wahyu yang menjelaskan din (agama) Allah. Kedua, Islam merujuk pada amal manusia, yaitu keimanan dan ketundukan manusia kepada nash (teks) wahyu yang berisi ajaran din (agama) Allah.
Berdasarkan makna pertama, Islam yang dibawa satu rasul berbeda dengan yang dibawa rasul lainnya, dalam hal keluasan dan keuniversalannya. Meskipun demikian dalam permasalah fundamental dan prinsip tetap sama. Islam yang dibawa Nabi Musa lebih luas dibandingkan yang dibawa Nabi Nuh. Karena itu, tak heran jika Al-Qur’an pun menyebut-nyebut tentang Taurat. Misalnya di ayat 145 surat Al-A’raf. Dan telah Kami tuliskan untuk Musa di Luh-luh (Taurat) tentang segala sesuatu sebagai peringatan dan penjelasan bagi segala sesuatunya.…
  • Blogger news

  • Blogroll

  • About